Assalamualaikum wr wb.
Hallo semuanya!!! apa kabar? alhamdulillah sehat semua ya.
balik lagi sama sayazaenal,kali ini saya mau terusin cerita yang kemarin,ya bisa dibilang ini lanjutannya dan perkembangan tentang web e-commerce/online shop yang saya dan teman-teman saya kerjakan.
Kemarin saya lupa ngassi tau,kami menggunakan open source untuk tampltenya yaitu dengan menggunakan opencart.Di online shop kami kali ini telah lengkap semua produk dan fitu-fitur lainnya,ya bisa di bilang sudah rampung/selesai.
Kendala kami dalam membuatnya yaitu pada saat membuat databasenya kami cukup kesuliltan,namun berkat kerjasama tim kami yang baik kami dapat mengatasinya,nah online shop kami diberi nama ZV store,yaitu online shop yang menjual vape atau rokok elektrik jaman now yang sedang digandrungi orang dewasa dan remaja,kami menyediakan semua seputar vape.
Buat kamu yang juga menyukai vape bisa mampir ke online shop kita nanti saya taro linknya dibawah.
Mungkin segitu dulu untuk kali ini jika ada yang baru lagi bakal saya tuis lagi disini sekian dan terimakasih,semoga bermanfaat.
Rabu, 01 Mei 2019
MAY DAY!!!
May Day adalah satu peristiwa besar sejarah, sebuah memori kolektif kaum buruh. May Day diperingati untuk mengenang sebuah tragedi yang pernah menimpa kaum buruh di Chicago pada tahun 1886. Pada peristiwa itu, polisi Chicago menembaki kaum buruh dengan brutal ketika mereka sedang menggelar aksi untuk menuntut delapan jam kerja. Tidak hanya itu, beberapa pimpinan buruh yang terlibat dalam demontrasi tersebut juga ditangkap dan dihukum mati. May Day, dengan demikian, bukanlah peringatan yang bermakna biasa. May Day adalah hari berkabungnya kelas buruh, yang dalam pemaknaan selanjutnya menjadi hari untuk mengingat bahwa kelas buruh adalah kelas yang tertindas di dalam sistem kapitalisme ini.
Penetapan 1 Mei sebagai hari buruh internasional terjadi pada tahun 1889.
Keputusan ini merupakan salah satu hasil dari kongres Internasionale Kedua yang
diselenggarakan pada bulan Juli tahun 1889 di Paris. Tokoh terkemuka dalam
pertemuan internasional ini adalah Fredrick Engels, yang bersama-sama
dengan Marx menulis Manifesto Komunis.
Sejak saat itulah, tanggal 1 Mei kemudian diperingati sebagai Hari Buruh
Internasional. Dan selain sebagai peringatan dan penghormatan terhadap
pembantaian pernah terjadi di Chicago tersebut, May Day juga sebagai upaya
kelas buruh untuk menumbangkan kapitalisme.
Di Indonesia, May Day mulai diperingati
pada tahun 1920. Bahkan Indonesia tercatat sebagai negara Asia pertama yang
merayakan 1 Mei sebagai hari buruh. Melalui UU Kerja No. 12 Tahun 1948, pada
pasal 15 ayat 2, yang berbunyi “Pada hari 1 Mei buruh dibebaskan dari kewajiban
kerja”, kaum buruh Indonesia, pada masa itu, tiap tahun selalu memperingati May
Day. Ini berarti sudah sejak lebih dari 90 tahun yang lalu May Day telah diakui
sebagai harinya kaum buruh di Indonesia. Tetapi pada jaman Orba, tepatnya
setelah peristiwa ’65, May Day tidak pernah lagi diperingati. May Day dianggap
sebagai kegiatan politik yang subversif dan berideologi komunis. Pasca runtuhnya
Soeharto ’98, buruh diperbolehkan lagi untuk memperingati May Day.
Jelas, dengan mengingat sejarahnya, May Day harus menjadi peringatan
dengan karakter yang revolusioner. May Day bukanlah kenangan terhadap suatu
“romantisme” yang diperingati layaknya hari raya keagamaan, hari ulang tahun,
atau hari jadi sebuah pernikahan yang sarat dengan kesenangan dan
hura-hura. Lebih jauh, May Day adalah sebuah momentum untuk membangun kesadaran
kelas dan memperkuat “persenjataan” politik.
Rosa Luxemburg, seorang revolusioner
Marxis, yang bersama-sama dengan Karl Liebknecht pernah memimpin pemberontakan
Spartakus di Berlin, berkata: ”Ide utama brilian dari May Day adalah gerakan
maju massa proletar dengan segera, aksi massa politik dari jutaan buruh yang
sebelumnya dipecah-pecah oleh negara melalui parlementarisme, yang kebanyakan
hanya bisa mengekspresikan kehendaknya melalui kotak suara, melalui pemilihan
perwakilan mereka.”
Tulisan Rosa memberi
pengertian bahwa May Day, pada setiap tahapnya, harus terus bisa mencapai makna
yang luar biasa. Dalam konteks buruh di Indonesia, peringatan May Day tahun ini
harus bisa menjadi periode yang paling bergejolak dibanding sebelumnya.
Sekarang adalah periode krisis ekonomi dan politik di negeri ini. May Day bisa
menjadi media untuk mengumpulkan seluruh kaum buruh dengan memunculkan isu dan
slogan yang sama. Terkait dengan isu kenaikan harga BBM, dan sebagai rentetan
dari aksi-aksi buruh kemarin, May Day bisa mem-blow up kebobrokan rejim SBY dan partai-partai
borjuis lainnya dan memajukan slogan-slogan sosialis. Bahkan bagi Lenin, May
Day adalah hari yang tepat untuk melakukan perjuangan terbuka menuju
sosialisme.
Namun,
tak bisa kita pungkiri, di sana-sini telah tejadi penurunan kualitas dalam
menginterpretasikan May Day. Beberapa serikat buruh yang punya basis massa
besar, dalam sebuah harian surat kabar di Surabaya, menegaskan bahwa mereka
akan memperingati May Day dengan acara dangdutan dan pagelaran musik.
Sebagaimana dikatakan oleh salah seorang pengurus federasi serikat buruh
tersebut, bahwa hal ini supaya massa buruh tidak jenuh karena sehari-hari sudah
berkutat dengan pekerjan di pabrik, dan dengan cara seperti ini, buruh dapat
benar-benar menikmati libur sehari mereka di hari besar buruh ini.
Tentu pikiran di atas merupakan bentuk degenerasi yang
harus segera dikritisi. May Day harus berarti perjuangan politik, bukan
pagelaran budaya atau perayaan hari besar layaknya hari raya. May Day bahkan
harus mampu mengilhami perjuangan buruh selanjutnya ke arah perjuangan kelas yang
solid; mampu menggetarkan hati dan membuat takut kaum kapitalis; menggerakkan
‘kesadaran kelas’ kaum buruh menuju pemahaman bahwa revolusi sosialis adalah
satu-satunya jalan menuju pembebasan kaum buruh.
Hari ini dunia sedang bergejolak dan kapitalisme mulai dipertanyakan oleh
ratusan juta rakyat. Fenomena okupasi “Wallstreet” adalah bukti kapitalisme
telah goyah bahkan di negeri dimana paham kapitalisme sangatlah kuat.
Kapitalisme telah berayun ke bawah dan semakin bergerak ke dasar. Tajamnya
kontradiksi ini penting sekali untuk segera direspon. May Day adalah acara
besar yang tepat untuk meresponnya, dengan memberi kesimpulan akhir yang jelas:
tak ada jalan lain untuk membebaskan buruh dari penindasan kapitalisme kecuali
dengan jalan revolusi sosialis!
Di saat kapitalisme sudah memasuki krisis, reformasi sudah menemui jalan
buntu. Bahkan di Indonesia ia sudah menemui jalan buntu sejak lama. Kita ingat
Reformasi 1998 yang gagal. Kaum buruh sekarang sedang mencari jalan keluar dari
jalan buntu reformisme ini. Setiap harinya mereka semakin tergiring ke jalan
revolusioner. Aksi-aksi buruh dalam menyikapi rencana kenaikan harga BBM
kemarin telah menunjukkan hal itu. Bagi kaum buruh hari ini reformasi di bawah
kapitalisme adalah cerita masa lalu. Oleh karena itu, arus reformisme
seharusnya sudah tidak menemukan ruang lagi. Jika masih ada serikat buruh yang
bergerak mundur, harus diwaspadai, berarti ada upaya-upaya yang kuat dari kaum
reformis yang berada di serikat-serikaksiat buruh untuk mengalihkan perjuangan buruh
yang mulai menapak ke arah revolusioner ini kembali ke arah normatif-ekonomik;
arah sempit yang tidak bisa menawarkan jalan keluar dari kesengsaraan dan
penindasan. Upaya kaum reformis akan selalu mengarah ke situ: mengubah watak
May Day menjadi sekedar hari istirahat dan rekreasi, bukan sebagai hari
perjuangan politik. Untuk para pemimpin serikat buruh yang reformis, May Day
hanya dimaknai sebagai hari libur internasional kaum buruh.
May Day, sekali lagi, dilihat dari kesejarahannya, merupakan peringatan
atas peristiwa bersejarah guna menciptakan perjuangan yang lebih revolusioner
menuju pembebasan kaum buruh dari penindasan kapitalisme. Hal ini juga berarti
perjuangan kaum buruh untuk mewujudkan cita-cita sosialisme. Untuk mempertegas
tujuan utama dari peringatan May Day, Rosa menulis, bahwa May Day merupakan
aksi dari solidaritas internasional dan sebagai taktik perjuangan bagi
perdamaian dan sosialisme
Langganan:
Postingan (Atom)